#1.Narkoba dan Ancaman Bagi Generasi Aceh

View this thread on: d.buzz | hive.blog | peakd.com | ecency.com
·@arafatnur·
0.000 HBD
#1.Narkoba dan Ancaman Bagi Generasi Aceh
Hai, Teman-Teman Steemit yang Berbahagia!

<center>![0w1.jpg](https://steemitimages.com/DQmNUmSeiU1M1j5cFQ4wxa7zDeg9KuTGBHen6SBLv3J4VMK/0w1.jpg)</center>

PERSOALAN narkoba memang tidak pernah sepi dari Aceh, baik mengenai penangkapan si pemakai, kurir, pengedar, maupun para bandarnya. Malahan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar Aceh, seumpama di Medan, Jakarta dan di Malaysia, acap kali punya kaitan dengan Aceh, sehingga menambah buruk citra tanah ini yang sebelumnya memang sudah dikenal sebagai penghasil tanaman ganja.

Banyaknya kasus pelajar Aceh yang kecanduan narkoba pun bisa dimaklumi, sebagaimana hasil pemeriksaan air seni mereka oleh pihak medis di beberapa sekolah. Bukan pula berita yang terlalu mengejutkan ada oknum polisi dan tentara juga jadi pemakai. Dunia narkoba di Aceh sudah menjadi lingkarang dan garis silang sengkarut yang kusut tetapi saling berhubungan. 

Ganja memang bukan barang yang asing di antara generasi muda dan pelajar. Tidak perlu lagi ada sosialisasi dari pemerintah untuk mengenali jenis barang ini, anak-anak muda di Aceh sudah paham dan mengenalnya dengan baik. Begitu pula bahaya dan resiko yang akan menimpa pemakainya kelak, bahwa siapa saja yang menggunakan barang ini akan terus kecanduan, menjadi pemalas, pengkhayal ulung, daya tahan tubuh melemah, dan pada akhirnya bisa mendatangkan kematian lebih cepat.

Ancaman bahaya seperti ini terabaikan begitu saja, sebab datangnya tidak serta merta sebagaimana effek sebutir peluru yang menembus jantung. Lingkungan pulalah yang membentuk tren pergaulan dengan memakai narkoba ini, sebagaimana iklan rokok yang menjadi lambang, sehingga mereka dapat melupakan dan mengabaikan akibat-akibat buruk yang rela mereka tukarkan dengan masa depan.

Tentunya menjadi kecemasan tersendiri melihat kenyataan yang demikian tragis. Baik anak, baik orang dewasa, kelakuannya sama saja. Keadaan ini membuka kesempatan bagi orang-orang yang coba memanfaatkan keadaan bagi lahan bisnis yang sangat menguntungkan, menjadikan para pelakunya cepat kaya. Jangan heran bila di tengah perkampungan yang miskin, di antara rumah-rumah papan, tiba-tiba muncul rumah permanen yang megah milik seorang pemuda biasa yang baru saja pulang-pergi keluar kota.

<center>![0w2.jpeg](https://steemitimages.com/DQmNbvCb9TMYDt4rVxTvUXChaGFwM5Nj9JgCWaeMZDaky2D/0w2.jpeg)</center>

Fenomena semacam ini membuat sejumlah pemuda Aceh lainnya gelap mata, terpicu untuk menekuni bidang serupa, lantas menjadi mengedarkan ganja, baik di dalam maupun di luar Aceh. Mereka yang berani mengambil resiko tinggi akan membawa barang-barang itu ke luar negeri, dan ketika kembali membawa pulang sabu-sabu. Konon kabarnya, barang yang bagaikan pecahan kaca ini, tidaklah terlalu berat, bisa diseludupkan dalam celah barang atau bahkan menelannya untuk kemudian dikeluarkan.

Sekalipun tidak sedikit yang berakhir tragis, kena bekuk, dan lantas berakhir di tiang gantungan negeri Malaysia tidak jua membuat mereka kapok. Sejumlah pengedar ini hanya sebagian kecil saja yang tertangkap, yang tak luput dari liputan media sebagaimana berita-berita tentang penyelundupan yang terjaring pihak Bandara Soekarno Hatta Jakarta, Polonia Medan, maupun oleh pihak bea cukai di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh sendiri.

Terakhir baru diketahui bahwa Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh menjadi tempat transit peredaran barang tersebut. Sebetulnya perihal ini bukanlah menjadi rahasia lagi di kalangan anak muda Aceh. Jauh hari mereka sudah mengetahuinya, dan bila kita berbaur di kalangan mereka, betapa banyaknya cerita-cerita tentang petualangan berbahaya mereka yang begitu mengejutkan.

Bila dulu sabu-sabu, narkotika yang merupakan stimulans sistem saraf ini, hanya digunakan oleh kelompok masyarakat kelas menegah ke atas, tetapi dewasa ini dapat dinikmati pula secara leluasa oleh anak-anak sekolahan yang masih merengek minta uang jajan pada orangtua. Geli rasanya telinga mendengarkan bahwa ada paket sabu untuk pelajar yang dijual murah dengan harga Rp50 ribu.

Dari hubungan antar pelajar yang menginformasikan mengenai peredaran dengan sebutan paket pelajar itu, timbul kesan seolah-olah ada anjuran bagi siapa saja untuk mencobanya. Beberapa kasus di Lhokseumawe, seorang guru beberapa kali menemukan siswanya lagi menyabu. Si anak tak tahu diri ini tidak segan-segan menantang atau mengajak berkelahi gurunya sendiri. Begitulah perilaku anak yang pikirannya sudah teracuni.(Bersambung....)
***
***
# #1.Drugs and Threats to Generation of Aceh

<center>![0w1.jpg](https://steemitimages.com/DQmNUmSeiU1M1j5cFQ4wxa7zDeg9KuTGBHen6SBLv3J4VMK/0w1.jpg)</center>

Hi, Happy Friends of Steemit!

The problem of narcotics is never quiet from Aceh, both about the arrest of the wearer, courier, dealer, and bandar. In fact events outside of Aceh, like in Medan, Jakarta and in Malaysia, often have earthquakes with Aceh, thus adding to the image of this land which previously was known as a producer of cannabis plants.

The number of cases of Acehnese students who are addicted to drugs can be understood, greeting the results of their urine examination by medical parties in some schools. Nor is the news too cruel that police and soldiers are also users. The world of drugs in Aceh has become a circle and the crumpled lines of tangles are interconnected.

Cannabis is not a strange thing among the younger generation and students. There is no need for socialization from the government for this type of goods, young people in Aceh already understand and know him well. So are the dangers and risks that will befall the wearer someday, anyone who uses this stuff will continue to be addicted, become lazy, ultimate pengkhayal, endurance of the perpetrators, and ultimately can bring death faster.

The threat of danger like this is ignored, because the arrival does not necessarily convey the effect of a bullet through the heart. It is the environment that shapes the social trends of using these drugs, the giving of cigarette advertisements into symbols, so that they can forget and consequently the bad consequences they are willing to exchange with the future.

It certainly becomes an ordinary anxiety to see such a tragic figure. Both children, both adults, are the same. This situation opens opportunities for people who try to take advantage of the situation for a very lucrative business field, making the perpetrators get rich quick. Do not be surprised if in the middle of the poor village, among the board houses, suddenly appeared a permanent house that had just flown out of town.

<center>![0w2.jpeg](https://steemitimages.com/DQmNbvCb9TMYDt4rVxTvUXChaGFwM5Nj9JgCWaeMZDaky2D/0w2.jpeg)</center>

This phenomenon is available to other developing Acehnese youths, and then to the distribution of marijuana, both inside and outside Aceh. Those who dare to take high risks will take the goods abroad, and when they bring back shabu-shabu. It is said that the goods are broken glass, is too heavy, can be smuggled in the gap of goods or even swallow it for later issued.

Although not a few who ended tragically, got kukuk, and then ended up in the gallows of the country of Indonesia not just they kapok. This dealer is only a small part who was caught, which did not escape from the coverage of the news coverage of the smuggling netted the Soekarno Hatta Airport Jakarta, Polonia Medan, as well as by the customs in Banda Aceh Sultan Iskandar Muda Airport itself.

Lastly, it is known that Sultan Iskandar Muda Airport Banda Aceh is the transit point for the goods. Actually, this matter becomes a secret again among young people of Aceh. Long ago they knew it, and when we mingle among them, how many stories about their dangerous adventure is so shocking.

When the first shabu-shabu, narcotics which is a stimulant of the nervous system, is only used by upper middle class society, but today can be enjoyed also freely by school children who still nagging for pocket money. Geli feels the ears listening to a package of shabu for students who sold cheap at a price of Rp50 thousand.

From the relationship between students who inform about the circulation with the title of the student package, there is the impression that there is a suggestion for anyone to try. Several cases in Lhokseumawe, a teacher several times found his students again mock. The child does not know this self does not hesitate to challenge or invite to fight his own teacher. Such is the behavior of a child whose mind has been poisoned. (Continued ....)
👍 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,