Api Kecil & Api Besar

View this thread on: d.buzz | hive.blog | peakd.com | ecency.com
·@attaa·
0.000 HBD
Api Kecil & Api Besar
![P_20180502_164739.jpg](https://steemitimages.com/DQmdz2ktRWeaeF9TLMu2sdRYMckTLC4BRNhbaSSx4VG7xL8/P_20180502_164739.jpg)
Gambar Dhapu (Dapur/tempat pembakaran batu bata)

Apa yang terbayang ketika membaca judul diatas. Saya sebenarnya hanya mengambil sebuah istilah dalam keseharian. Istilah ini merupakan sebutan dalam dunia kerja di pabrik batu bata. Berhubung tempat tinggal saya di kelilingi oleh usaha ini maka saya cukup tertarik untuk membahasnya disini. Istilah ini kemudian silahkan diartikan sendiri oleh pembaca setelah menelaah tulisan singkat ini.

Apuy Ubit (api kecil) ialah istilah untuk penyebutan pembakaran batu bata dengan menggunakan sistem api kecil. Pada masa ini batu bata hanya dibakar dengan keadaan api yang tergolong kecil atau tidak membutuhkan penjagaan. Tahapan dalam pembakaran batu bata sebelum siap untuk dipasarkan ialah dua, yakni dengan api kecil dan besar. Nah, berbalik dari sebelumnya maka saat pembakaran dengan apuy rayeuk (api besar) merupakan tahapan akhir dan tentunya butuh penjagaan yang lebih. Saya disini tidak hendak membahas sistem atau cara kerja bagaimana jadinya sebuah batu bata, tentu akan sangat membosankan dan saya harap pembaca tidak cepat mengambil kesimpulan. Namun, ini sebagai pengantar untuk tujuan sebenarnya yang ingin saya tulis disini.

Dalam tahapan api kecil maka tidak dibutuhkan penjagaan, hanya mengecek keadaan dan mengganti kayu bakar pada waktu-waktu tertentu. Berbeda dengan ini, apuy rayeuk membtuhkan penjagaan karena demi menjaga ketetapan besar api. Keadaan ini memaksa pekerja untuk selalu menjaga dan begadang sepanjang malam. Tergantung kepada pemilik pabrik batu bata sejatinya, namun lazim malam ketika apuy rayeuk maka akan disediakan makanan khusus, pekerja diselang kerjanya menyiapkam masakan baik itu bahan utamanya ayam atau bebek. Keadaan ini saya dapati ketika pekerjanya merupakan orang Aceh dan keadaan seperti ini sangat jarang didapati saat ini. Hal ini merupakan rutinitas tetap sebelum tragedi bencana tsunami atau beberapa tahun setelahnya, sekarang pun mungkin saja masih dilakukan namun sangat jarang. Apuy Rayeuk (Api Besar) memang dikenal dengan jaga malam dan makan makanan berupa masakan yang dibuat khusus.

Keberadaan pabrik batu bata merupakan ladang pekerjaan bagi masyarakat gampong. Setiap pabrik batu bata tidak memiliki karyawan tetap karena pekerjanya bisa berganti-ganti. Hari ini berkerja untuk membakar batu bata di pabrik A maka besok bis jadi dipanggil untuk membakar di pabrik B. sedangkan perkjaan untuk cetak bata dilakukan oleh kaum ibu. Keadaan ini tidak mudah lagi dijumpai. Keberadaan pabrik batu bata sekarang sangat identik dengan pekerja yang berasal dari luar Aceh, masyarakat setempat selalu melaqabkan dengan sebutan ureng jawa (orang Jawa). Hal ini bukannya tidak beralasan, karena kebanyakan dari pekrja pabrik batu sekarang merupakan keturunan jawa atau dari Sumatra utara namun ketika dilihat lebih lanjut maka mereka merupakan keturunan jawa.

![P_20180502_165210.jpg](https://steemitimages.com/DQmTYwpwhyLdhAm49aRsrXutva5zL1G6Fwx38679Et4vpmj/P_20180502_165210.jpg)

Awal kemunculan pekerjan ini tidak langusung bisa diterima dalam masyarakat. Pabrik batu bata yang sebelumnya hanya sebagai tempat pembuatan batu bata kemudian seiring berjalannya waktu berubah sebagai tempat tinggal, khususnya bagi perkerja ini. Mulai dibangunnya gubuk dari kayu dan hanya beralas tanah kemudian menjadi tempat menetap atau "rumah". Kemunculan pekerja dari luar Aceh ini berlangsung setelah tragedi Tsunami. Pekerja yang sudah menetap ini kemudian mulai menyingkirkan pekerja lokal. Sebelumnya untuk tahapan bakar batu maka ada orang-orang tertentu yang di pekerjakan namun setelah adanya pekerja ini yang bisa diandalkan dalam berbagai tahapan pada proses pembuatan batu bata maka otomatis tidak dibutuhkan lagi tenaga pekerja lokal.

![P_20180502_164707.jpg](https://steemitimages.com/DQmUhCMKB8W4t6pWyQDLEvxcyFpeGmdv2sYniM4GKNiJBGK/P_20180502_164707.jpg)
Gambar Tsai (Tempat pencetakan dan pengeringan batu bata)

Sistem kerja dari pekerja luar Aceh ialah mereka yang terdiri dari satu keluarga atau lebih menetap pada pabrik batu bata. Kepala keluarga dan kaum lelaki mengambil peran pada kerja tahapan yang tergolong berat maka kaum ibu atau 
anak perempuannya bekerja pada tahapan yang lebih ringan. Berbeda dengan sebelumnya, dalam sistem kerja pekerja lokal maka orangnya tidak menentu, bisa saja hari ini berkerja di pabrik atau hanya ketika hari libur. Target serta waktu kerja pun jika dibandingkan dengan pekerja luar Aceh maka sangat jauh berbeda. Mereka bekerja sebelum matahari terbit dan berhenti hampir matahari terbenam.

Khusus untuk pekerja wanita maka batas istirahatnya ialah sore hari, sore hari merupakan waktu bagi mereka untuk sekedar berbelanja atau santai dengan jalan-jalan sore. Berbeda lagi ketika malam hari, khususnya malam minggu pabrik batu bata yang memiliki pekerja perempuannya maka pemandangan seperti "apel" bisa terlihat. Biasaanya dari pekerja pabrik batu lain yang juga merupakan pekerja luar Aceh.

Diluar hal ini dari segi pakaian yang berbeda dengan masyarakat Aceh pada umumnya, kemudian malah membuat sebuah trend tersendiri dalam masyarakat. Seakan mengikuti dan juga diluar pengaruh seperti TV atau teknologi yang semakin berkembang. Begitu juga pengaruh pakaian masyarakt lokal juga sedikitnya mempengaruhi gaya berbusana mereka seperti mulai dengan penggunaan jilbab. Pabrik batu bata yang menjadi tempat tinggal mereka tergolong biasa saja atau ada juga yang bisa dikatakan kumuh. Bangunan yang semi permanen selalu menghiasi keadan saat memasuki sebuah pabrik batu saat ini. Namun, beberapa pemilik sekarang mulai memperhatikan tempat tinggal ini sehingga ada perhatian khusus.

![P_20180502_164828.jpg](https://steemitimages.com/DQmZgkDH9B4yzcAkiTKrX3ydJqXLf6jyzNt92na2nWGiVQ9/P_20180502_164828.jpg)
Gambar rumah pekerja yang mulai tertata

Disamping itu, kemunculan pekerja luar ini kemudian juga menghasilkan sebuah perkawinan dengan warga lokal. Pada awalnya hal ini sangatlah tabu dalam masyarakat, Kejadian seperti menikahi janda contohnya. Hal inikemudian menyebabkan berbagai isu sebab perkawinan pun menjadi topik hangat dalam masyarakat, tidak jauh dari hal yang berbau mistis. Namun, keadaan ini kemudian bukanlah hal yang aneh dalam masyarakat, perkawinan dengan pekerja luar Aceh ini menjadi hal yang lumrah. Banyak perkerja Aceh yang kemudian mempersunting wanita dari pekerja di pabrik batu bata.

Pada awal memang tergolong aneh dan berbagai isu mencuat. Kendati demikian sekarang hal ini sudah menjadi bagian dari masyarakat. Pekerja dari luar yang berbaur dan mulai diterima sebagai anggota masyarakat. Hal ini bisa dilihat ketika tradisi khanduri puasa atau maulid maka mereka tidak luput dari pembagian yang porsinya sama seperti masyarakat umumnya. Tidak kurang juga pekerja-pekerja pabrik batu bata yang sudah menetap ini kemudian ada yang sudah menetap sebagai masyarakat tetap, mereka mengurus perpindahan tempat tinggal. Keberadaan yang mulanya mungkin hanya satu keluarga setiap pabrik batu bata kemudian diisi lagi oleh kerabatnya yang datang kemudian.

Anak-anak mereka di sekolahkan pada tempat yang sama dengan anak-anak umumnya sehingga mulai bisa berbaur dan tentu untuk bahasa Aceh saat ini mereka sudah sangat lancar. Dilihat dari besarnya arus kedatangan pekerja luar Aceh untuk menetap dan bekerja pada pabrik batu bata sepeti magnet tersendiri. Pekerja yang sudah duluan singgah dan pulang ketika musim mudik maka mereka tampil dengan ekonomi yang berbeda. Hal ini bisa dilihat dari kendaraan yang digunakan. Lebaran sebagai musimnya mudik menjadikan mereka bisa pulkam, nah sekembalinya mereka dari kampung halamanya maka sudah seperti kebiasaan maka mereka akan kembali dengan setidaknyadengan satu motor baru.

![P_20180502_164800.jpg](https://steemitimages.com/DQmeeJhG5XYYbrLvjtjdAGaR2obpFu95RLccM1iuAnGWC3F/P_20180502_164800.jpg)

Rumah yang disediakan oleh pemilki pabrik batu bata pun mengalami perubahan. Dulunya yang hanya gubuk kecil yang tergolong kumuh kemudian tersulap seiring berjalannya waktu. Mulai dibangunnya bangunan yang semi permanen, bahkan ada yang memang seutuhnya bangunan beton dan dilengkapi dengan AC, bisa dilihat pada gambar di atas. Peningkatan ekonomi inilah salah satu aspek yang menjadikan magnet tersendiri untuk berkerja dan menetap di pabrik batu bata. Pada awal saya menyebutkan istilah api kecil dan api besar, istilah yang saya ambil dari sebuah sebutan kebiasaan pada saat melakukan salah satu tahapan pembuatan batu bata. Istilah ini kemudian juga bisa dimaknai keadaan mereka yang mulanya seperti api kecil kemudian menjadi api besar.
👍 , , , , , , , ,