Dari yang berbeda #Part 1
life·@dartim89·
0.000 HBDDari yang berbeda #Part 1
Ragu dan minder, kata kata itu yang selalu terlintas dalam benak saya, karena saya tahu kapasitas saya kurang mumpuni dibanding dengan yang lain. Akhirnya saya mencoba menuangkan kegelisahan-kegelisahan yang ada, saya tuangkan melalui kata perkata hingga menyusun sebuah paragraf, dan saya percaya, sukses itu hak semua manusia. [sumber](http://pixsabay.com) Mengalir begitu saja terus saya coba, hingga pada titik bosan menghampiri, akhirnya saya bisa mematahkan pikiran- pikiran yang membuat saya jatuh sejatuh jatuhnya. Keadaan yang memaksa saya harus berusaha keras, sampai saya menemukan dan memutuskan mata rantai perbedaan kehidupan. Perbedaan itu indah, dan perbedaan bukan untuk membatasi diri kita, karena perbedaan bukan alasan untuk diri kita tidak berkarya, betul tidak.!. Yang menjawab betul pasti orang yang bijak hehehe,kenapa...? karna mereka tau cara memanusiakan manusia. Banyak sudah karya dari seorang anak manusia yang mungkin di pandang sebelah mata. Sudah banyak juga kisah kisah insviratif dari orang orang yang di anggap terbelakang dan juga kurang beruntung. [sumber](http://pixsabay.com) Lalu apa yang saya pikirkan...? Mungkin saya kurang pandai bersyukur yang terlahir sempurna dan sempat menghakimi hidupnya sendiri. Tuhan, tuhan tidak adil...!. Airmata, jeritan mungkin tak akan sanggup mencabut kalimat isi hati saya. Sadar melebihi kesadaran saya Kalau tuhan berucap " keadilan seperti apa yang kamu inginkan...?" bukankah aku tuhan-Mu yang Maha punya rencana" Mungkin tuhan akan berucap seperti itu. Dari kejadian itu saya mulai berpikir, bukankah kita yang sempurna bisa leluasa melalukan hal apapun, sedangkan mereka yang terlahir kurang sempurna sekalipun masih bisa melakukan yang mereka inginkan. Disitu saya mulai berpikir lebih keras lagi, saya harus bisa. Pada akhirnya saya sadar ini rencana Tuhan, ini keadilan yang Tuhan berikan, kalau saja dulu sampai saya melanjutkan sekolah, mungkin ceritanya agak sedikit berbeda. Mugkin saya sudah jadi sarjana atau mungkin dokter. Bahkan tidak mungkin bisa kenal perempuan yang saya nikahi. [sumber](http://pixabay.com) Ini kisah tukang cukur yang punya segudang mimpi dan belum terwujudkan, karena keadaan ekonomi keluarga yang pada saat itu kurang stabil. Tapi sekarang, ini saya, saya dengan profesi yang saya tekuni 4 tahun silam sampai sekarang saya lebih bisa bersyukur dan lebih menghargai perbedaan. [sumber](http://pixsabay.com) Pesan saya buat sahabat-sahabat stemians yang tangguh di luar sana jangan berkecil hati dengan keadaan diri kita, keluarga kita, dan orang tua kita. Syukuri yang ada semangat terus, apa lagi kita yang di lahirkan lebih sempurna, maka itu selagi kita masih muda, bakar semangat muda kalian dengan kreatifitas yang lebih berfaedah. Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan. "Dari kita yang berbeda". Brebes, 29 Mei 2018 Salam sejahteura, Tarmadi_cuts pang✂️✂️gaya by dar_co