Saved By Hundreds Of Birds – True Story (Bilingual)

View this thread on: d.buzz | hive.blog | peakd.com | ecency.com
·@mariska.lubis·
0.000 HBD
Saved By Hundreds Of Birds – True Story (Bilingual)
It was almost dark and the sun was ready to disappear when suddenly I heard people screaming outside my house. I was reading my book at that time, I dropped it and ran into the living room. I hardly believe my eyes, I could see hundreds of birds flying around my house from the windows that were still open wide at that time. I was stunned and did not know what to do, in my heart I kept praying for the magic beauty that I could see.

> Waktu itu hampir gelap dan matahari sudah bersiap untuk menghilang ketika saya dapat mendengar orang-orang berteriak di luar rumah. Saya sedang membaca buku pada waktu itu, saya menjatuhkannya dan lari ke ruang tengah. Saya hampir tidak mempercayai apa yang saya lihat, saya dapat melihat ratusan burung beterbangan mengitari rumah saya dari jendela yang masih terbuka lebar saat itu. Saya tercengang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, dalam hati saya terus berdoa atas semua keindahan dan keajaiban yang saya lihat.

  ![image](https://img.esteem.ws/d0fcyzat3p.jpg)
Source: http://www.dailymail.co.uk/news/peoplesdaily/article-3430192/A-flock-birds-eyes-Spectacular-pictures-thousands-sparrows-gathering-purple-sky-China.html

Three days before, I experienced the scariest moment in my life.  It was Friday, I still remember, and I was waiting for my driver to pick me up frrom school. As usual, we went home early on Friday and my driver should know about it. But, I was waiting until very late and wondering what happened. Suddenly, one of the teacher approached me and said that the police were looking for me. My heart was pumping very heart and I was so confused, I did not know what was happening.

 

>Tiga hari sebelumnya, saya mengalami pengalaman paling menyeramkan dalam hidup saya. Hari itu adalah hari Jumat, saya masih ingat, dan saya sedang menunggu dijemput sopir di sekolah. Seperti biasanya, kami selalu pulang lebih cepat di hari Jumat dan sopir yang biasa menjemput seharusnya sudah tahu. Namun saya menunggu lama sekali sampai siang dan berpikir terus apa yang terjadi. Tiba-tiba, seorang guru menghampiri dan berkata bahwa ada polisi yang mencari saya. Tentunya saya terkejut, jantung berdebar sangat kencang dan kebingungan, saya tidak tahu apa yang terjadi.

In the teachers room,  I was two policemen who were waiting for me. They told me not to panic and they will sent me back home. They told me as well what was going on, the driver who supposed to pick me up was got robbed and he got shot on his head. He died and his body was laid down under the tree not too far from my school by the robber. He was found not too long after the accident happened by some students who crossed the area, and reported to the police. I was lucky that I did not have to wait too long by myself, somehow the police knew that I was still at my school.

>Di ruang guru, ada dua orang polisi yang menunggu saya. Mereka meminta saya untuk tidak panik dan mereka yang akan mengantar saya pulang. Mereka bercerita apa yang terjadi, sopir yang seharusnya menjemput saya telah dirampok dan dia ditembalk di kepalanya. Dia meninggal dan mayatnya dibaringkan di bawah sebuah pohon tidak hauh dari sekolah oleh perampoknya. Dia ditemukan tidak lama setelah kejadian oleh beberapa orang siswa yang kebetulan lewat daerah tersebut dan melaporkannya ke polisi. Saya beruntung karena tidak perlu menunggu terlalu lama sendirian, entah bagaimana polisi tahu bahwa saya masih di sekolah.

I did not know how to react, I was sad for what happened but at the same time, I was frightened and confused as well. My parents were not there with me, they were still in another country with my brothers and sister. I was alone, just with my uncle’s family and we all were frightened, especially after the police told us that actually the target was not the driver, but the family.

>Saya tidak tahu bagaimana harus bereaksi, saya sedih atas apa yang telah terjadi tetapi di waktu bersamaan saya juga takut dan bingung. Orang tua saya sedang tidak ada, mereka masih berada di negara lain bersama adik-adik saya semua. Saya sendirian dan hanya dengan keluarga paman saya saja, kami semua ketakutan, apalagi setelah polisi mengatakan bawa sebenarnya yang menjadi target bukanlah sopir itu, tetapi keluarga.

We were told not to sleep in our bed, we should sleep with mattress on the floor and stayed away from the window. The house was quite huge, my room was about 50 m2 and all the windows were tall and big as well. It was the only house on 3 acre empty land, in the eastern part of Jakarta. It need a lot of police officers and guards to protect us, to make sure that we were fine.

>Kami semua diminta untuk tidak tidur di tempat tidur, kami harus tidur di lantai dan menjauhi jendela, Rumah tempat tinggal saya waktu itu cukup besar, kamar saya berukuran sekitar 50 m2 dan seluruh jendelanya tinggi besar juga. Itu adalah rumah satu-satunya di tanah seluas 3 hektar di daerah timur kota Jakarta. Butuh banyak polisi dan penjaga untuk menjaga dan memastikan kami baik-baik saja.

One by one, we need to go to the police station and being interrogated. They wanted to know the robber and the person who killed the driver. They wanted to know the motives and what they wanted. They had to make sure they got all the informations needed, and they need the information from me as well. It was a very unpleasent experience, I did not like how they intterogate me. I felt like being accused for doing something bad though I was sure they knew I had nothing to do with it.

>Satu per satu kami harus pergi ke kantor polisi dan diinterogasi. Mereka ingin tahu pelaku yang sudah merampok dan membunuh sopir kami itu. Mereka ingin tahu apa motifnya dan apa yang mereka inginkan. Mereka ingin memastikan mendapat seluruh informasi yang dibutuhkan, dan mereka butuh informasi juga dari saya. Itu adalah pengalaman yang sangat tidak menyenangkan, saya tidak suka cara mereka menginterogasi. Saya merasa seperti tertuduh yang sudah melakukan perbuatan tidak baik meskipun mereka tahu saya tidak ada hubungan apapun dengan kejadian itu.

I did not go to school after what happened, none of my family went out from that house for three days, accept to the police station. We read and watch the news most of the time, what happened with us were on the headline for a few days. I felt embarrased thinking about that, I never want anybody to know too much about my family, but it was all reveled on the news. I did not want anybody to look at me just because of they knew my family, I wanted them to make friend with me just because who I am. They might be very noble, respected, rich, and success but I had my own choice and life.

>Saya tidak ke sekolah setelah kejadian itu, tidak ada keluarga yang pergi keluar selama tiga hari kecuali ke kantor polisi. Kami membaca dan melihat berita sepanjang waktu, apa yang telah terjadi terhadap kami telah menjadi headline di berita dalam beberapa hari. Saya merasa malu memikirkan hal ini, saya tidak perbah ingin orang tahu terlalu banyak tentang keluarga saya, tetapi berita sudah membuka semuanya. Saya tidak ingin orang melihat saya hanya karena mereka tahu keluarga saya, saya ingin orang berteman dengan saya karena diri saya. Mereka mungkin sangat dihormati, kaya, dan sukses tetapi saya memiliki pilihan hidup saya sendiri.

 

After three days, we could go and all were decided to go to do what they had to do. I did not, I stayed at home, I was told as well not to go anywhere and continue my “holiday” at home. I spent my time reading my books, writing, drawing, and listen to the music. There were nothing much that I could do, besides I was still too shocked and prefer do nothing but the thing that could help me to release all the tenses.

 

>Setalah tiga haru, kami dapat pergi dan semua memutuskan melakukan apa yang harus mereka lakukan. Saya tidak, saya memilih tetap di rumah, saya jhuga diberitahu untuk tidak pergi ke mana-mana dulu dan meneruskan “liburan” di rumah. Saya menghabiskan waktu dengan membaca buku, menulis, menggambar, dan mendengarkan musik. Tidak ada banyak yang bisa dilakukan, lagipula saya masih terlalu terkejut dan memilih tidak melakukan apapun selain yang bisa membuat saya lebih tenang.

 

When I heard the housekeepers screaming very loud from outside, I dropped my book. I could hear the guards, the gardeners, and the policemen were screaming as well. They kept saying “Allahu Akbar” very loud, and I could not help my self not to go out to find out what was going on. In the middle of the house, I could see hundreds of birds were fyling around the house. Yes, hundreds of birds.

 

>Ketika saya mendengar para asisten rumah tangga berteriak sangat keras dari luar, saya menjatuhkan buku saya. Saya juga dapat mendengar para penjaga, tukang kebun,  dan para polisi berteriak. Mereka terus mengucapkan “Allahu Akbar” dengan sangat keras, dan saya tidak tahan dan berlari mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dari tengah rumah saya dapat melihat ratusan burung beterbangan  mengitari rumah. Ya, ratusan burung.

 

I did not scream at all and I was not frightened, in fact I felt overwhelmed by the presence of those birds. It was a miracle and in my eyes they were so beautiful. I could sense that they came to protect me from something bad. Then, I could hear the police men said that they need to check the area, it could be a sign of something. I smiled even though I was not sure about it, but my heart kept on telling me all the good things.

 

>Saya tidak berteriak dan tidak juga merasa takut, malah saya merasa sangat nyaman dengan kehadiran para burung itu. Itu adalah keajaiban dan di mata saya, burung-burung itu sangat indah. Saya dapat merasakan bahwa kehadiran mereka adalah untuk menjaga dari sesuatu yang buruk. Lalu, saya mendengar ada polisi yang berkata bahwa mereka harus menelusuri seluruh rumah, dia seperti mendapat firasat bahwa burung-burung itu sedang memberikan tanda sesuatu. Saya tersenyum meskipun tidak yakin dengan hal itu, tetapi hati saya mengatakan sesuatu yang baik.

 

After a while the birds were leaving the house, and when I heard the azan for magrib (call for sunset prayer in Islamic) there were no birds left. They were all gone, but I could hear the policemen who walked to check all the area outside the house came back. They said, they found two sniper guns and some bullets near the tree which straight to my room window. Perhaps, those people were willing to shoot me death but I got help from All The Mighty. Allah sent me those birds to frightened those snipers, they left everything they carried just like that and I was saved.

 

>Setelah beberapa saat, para burung itu pergi meninggalkan rumah dan ketika saya mendengar suara azan magrib, tidak ada lagi burung yang tersisa. Mereka semua sudah pergi, namun saya dapat mendengar suara polisi yang baru kembali setelah mengecek sekitar rumah. Mereka berkata bahwa mereka menemukan dua buah senapan sniper dan beberapa peluru di dekat pohon yang lurus menghadap jendela kamar saya. Mungkin orang-krang itu ingin menembak saya tetapi saya mendapatkan pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Allah mengirimkan burung-burung itu untuk menakuti mereka, mereka sampai meninggalkan semua yang mereka bawa begitu saja dan saya diselamatkan.

  ![image](https://img.esteem.ws/3y9aux80al.jpg)
When I was 16, a few days before my family driver got robbed and killed. - Waktu saya berumur 16 tahun, beberapa hari sebelum sopir keluarga dirampok dan dibunuh. 

Until now, I will never ever forget what happened. The robber who killed the driver was caught about a month later. The car was also found with bloods and brains spread around the driver’s chair.  I never wanted to know all the truth and the reasons behind what happened, I just believe that I have Allah who love me so much and takes care of me, it was not my time to die. But, as I grew up, I realized that hatred and greed could kill innocent people.

>Hingga kini saya tidak pernah lupa akan kejadian itu. Para perampok yang telah membunuh sopir kami ditangkap sekitar sebulan kemudian. Mobil yang dibawa kabur juga ditemukan dengan penuh darah dan otak yang berceceran di sekitar tempat duduk  pengemudi. Saya tidak pernah ingin tahu semua kebenaran dan alasan di balik apa yang terjadi, saya hanya yakin bawa Allah sangat menyayangi saya dan menjaga saya, waktu itu bukanlah waktunya saya meninggal. Namun, seiring saya tumbuh menjadi dewasa, saya sadar bahwa kebencian dan ketamakan dapat membunuh orang yang tidak bersalah.

This is a true story and this is the first time I dare to write about it for public. I hope you all could learn from it.

 

>Ini adalah cerita sesungguhnya dan ini juga pertama kalinya saya berani menuliskan tentang hal ini untuk dibaca publik. Saya harap Anda dapat belajar dari semua ini.

 

Bandung, 2 Juni 2018

 

Warm Regards – Salam hangat selalu,

 



Mariska Lubis
👍 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,