Negeriku
indonesia·@rizkimuammar·
0.000 HBDNegeriku
Sebuah negeri kehilangan hati... Lihatlah… dan lihatlah wahai sang sadar.. matahari yang telah semakin membara di ufuk memanggang tanah, seolah ingin membakar setiap sudutnya. tidakkah kau rasakan wahai sang sadar... gemeretak kemarahan sang ibu pertiwi mulai murka. berderap, bergemeluruh, menggeliatkan tanah dan gunung api... gemuruh air telah siap dimuntahkah.. untuk mengubur dan membumi hanguskan…. masih adakah lagi engkau yang sadar...? …. dan kemarilah merunduk membujuk sang pertiwi yang mulai murka …. lihatlah bangsa ini ini telah porak poranda sebuah negeri telah menjadi negeri sempurna bagi korupsi.. telah begitu akur, teratur tertib dan berjamaah saling bantu membantu dalam korupsi.. … telah hilang rasa malu menjadi pencuri.. seolah menjadi pahlawan karena korupsi.. amati dan lihatlah, dimana-mana ketika dukun dan paranormal menjadi pujaan dielu-elu karena kesaktiannya... menjadi panutan dan suri tauladan telah hilang rasa ketuhanan.. …....... lihatlah dan lihatlah sekali lagi dengan teliti.... ketika para dai dan ulama yang seharusnya memberikan tuntunan.. malah menjadi tontonan, lawakan bak para selebriti ternama... dikawal geng motor dan para ajudan lupa dengan ajaran Tuhan.... …..... lihatlah dan lihatlah, dimanakah bangsa yang peramah.... ketika yang nampak hanyalah aroma kemarahan wajah-wajah beringas.... gahar, garang dan kasar, tanpa perasaaan melempar, menampar, memukul, menyeret memburu mereka yang tak sepaham, mengerjar dan menghancurkan kebencian, caci maki, saling serang, dan saling bunuh.... penjarahan, keserakahan, penindasan di antara sesama manusia... masih adakah kasih sayang sesama manusia?. …..... tidakkah kau dengar berita kabar angin? anak menyelingkuhi ibunya.... ayah memperkosa putrinya.... pemuda beramai-ramai memperkosa balita.. manusia memperkosa manusia..... seks bebas bisa dibeli, pemuka kaum agama menyebar uang..... bak don juan membagi-bagikan harta dan rayuan kepada wanita... membuat bola mata melotot seolah hendak loncat keluar tak percaya.... (dimanakah Tuhan bagi dia)? dan harta hasil mencuri harta rakyat jelata... atau kabar angin tentang sang petinggi negeri berselancar di dunia maya menyingkap paha-paha terbuka.... tanpa merasa dosa dan salah (dimanakah Tuhan). hukum rimba meraja lela.... siapa kuat dia menang.... siapa kuat dia benar... …..... dimanakah kutemukan manusia yang berhati... ketika para jin dan lelembut di puja puji... dimanakah lagi kucari cinta... ketika yang nambah adalah bangkai-bangkai yang berjalan.... manusia yang kehilangan hati…. maka lihatlah kemarahan sang ibu.... …. duhai ibu segala ibu…ibu pertiwi yang menanggung beban.. wahai para pemandu dan pendahulu negeri wahai para syuhada dan para leluhur yang arif bijaksana........ wahai ruh-ruh yang tetap hidup di alam sana … sudah saatnyakah untuk kembali turun menenteramkan negeri yang telah carut marut sebelum sang ibu melaksanakan perintah... … basahi jiwa-jiwa yang lembut...... suburkan hati anak negeri..... taburkan kasih sayang dan saling mencinta... satukan dalam persaudaraan.... ……. lihatlah dan lihatlah..... fasilitas umum dihancurleburkan... iblis merasuk berwajah ramah.... syetan, gondoruwo, wewe gombel, kuntilanak telah menjadi rekan sepermainan... …. ooh negeriku … negeri para ulama …negeri para biarawan, negeri para cendekiawan, negeri para ruhaniwan, negeri yang dibangun dari tetas darah mereka.... negeri yang dilandasi cinta dan kasih sayang Tuhan, negeri yang berdiri atas berkah dan rahmat Tuhan Yang Esa.... kemana lagi jiwa dan hati mereka, yang telah menukar dengan makhluk jadi-jadian dimana-mana yang nampak adalah wajah beringas.... salah sedikit membentak.... beda pendapat sedikit murka.... ditegur sedikit marah.... siap bertarung dan siap murka... ooh negeriku… … duhai negeri …negeri para ulama…negeri para pertapa, pendeta, dan biarawan aku menangis untukmu …aku berduka untukmu ….... kepadamu ibuku …ibu pertiwi dimanakah kau pingit “satria-satriamu” apakah terus saja kau simpan dan sembunyikan apakah sudah cukup waktunya.... ataukah menunggu kehancuran yang lebih lagi …. aku menunggunya.... biar kusiapkan sutera di hati... kusampaikan salam sejahtera atas kedatangan para satria.... ijinkan kucuci ujung jari kaki hatimu... dan kupersilahkan duduk di singgasana negeri di atas reruntuhan hati yang tersebar entah kemana..... …. telah kudengar teriakanmu ibu.... dentuman-dentuman dan geraman dari gunung-gunungmu yang menggelegar...... hentakan-hentakan kaki-kakimu yang menggetarkan bumi..... gemuruh pasukan airbah yang siap menerjang.... aku mendengar rintihanmu..... di langit barat kau merintih... di ujung timur kau berduka...... kau sapa burung yang terbang ketakutan..... kau cari satwa-satwa yang tak lagi tersisa... … kau tangisi pepohonan yang semakin lenyap.... tanah yang hijau telah gundul menghitam..... …. aku merasakan dukamu ibu …aku mengerti sedihmu...... kehancuran hatimu yang telah remuk dan tak lagi berbentuk.... serpihan-serpihan hatimu yang tersebar di seantero negeri.... tetes-tetes darahmu mengalir bersama derita anak-anak negeri.... …. betapa lemah aku menatapmu.... hanya bersimbah air mata dan air mata.... tak mampu aku mengucap.... malu aku menatapmu.... dulu kau begitu cantik dan anggun... kini begitu terkoyah dan hampir telanjang... sedemikian sedikit anak-anak negeri yang mau mendengarmu.... mendengar keluhanmu, mendengar jeritanmu... … lengkingan sakitmu, menghujam jantungku dalam-dalam.... erangan tangismu mengusik jiwaku.... sedihmu membawaku terlempar ke masa indahmu.. …. kutunggu engkau memanggil anak-anakmu... anak yang mencintaimu tanpa pamrih.... anak-anak negeri yang memiliki hati...... memiliki cinta kasih bagimu ibu negeri... .......... masihkah aku memiliki waktu untuk melihatmu kembali kokoh, tegak, anggun, cantik dan berwibawa....? sebagai pengayom seluruh anak negeri ….. ijinkan aku mengirim elegi ini karena tanganku terlalu lemah untuk membelamu...    