Tidak Adakah Waktu untuk Membaca?
indonesia·@rta·
0.000 HBDTidak Adakah Waktu untuk Membaca?
 [sumber](https://pixabay.com/id/arloji-saku-klasik-antik-buku-lama-598039/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C5414932006) Tidak cukup waktu untuk membaca. Itu jawaban sebahagian teman saat ditanyakan: sudahkah engkau membaca? Apa sih maksud dari *tidak cukup waktu untuk membaca?* Menurut saya, ini punya dua kemungkinan. Pertama, tidak cukup waktu, disebabkan oleh banyaknya kesibukan lain. Sehari semalam kita diberikan jatah 24 jam oleh Tuhan. Kita maunya 30, demi tercukupkan untuk semua kegiatan yg harus diselesaikan. Kedua, maksud dari tidak cukup waktu untuk membaca, boleh jadi dia ingin membaca sehari semalam lebih dari 24 jam. Sehingga 24 jam tersedia masih tidak cukup untuk membaca. Nah, dari dua ini termasuk kemanakah kita? Dari pemahaman kedua, timbul pertanyaan baru, apakah ada yang membaca sampai merasa tidak cukupnya waktu 24 jam dalam sehari semalam? Jawabanya, banyak. Bahkan banyak sekali. Berikut dua kisah sebagai pembuktian. >>>Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menuturkan tentang para perindu ilmu dalam bukunya *Raudhatul Muhibbin*, cerita ini bersumber dari saudara kandung gurunya, Ahmad Ibn Taimiyah, yang bernama Abdurrahman Ibn Taimiyah. Beliau mendengar dari ayahnya, Abdul Halim. Sidi Abdul Halim bercerita tentang Ayahnya, yang merupakan kakek dari Ibnu Taimiyah bernama Abu Barakat, bahwa Sang Kakek ini tidak pernah terlepas dari membaca hatta beliau ke kamar mandi. Bila beliau ke kamar mandi, selalu menyuruh anaknya --Ayah Ibnu Taimiyah, untuk membaca dengan suara lantang agar bisa didengarkan di dalam kamar mandi. Ibnu Qayyim bilang, cerita ini sanadnya jelas bagaikan matahari di siang bolong. Tercatat oleh sejarah dan tersimpan dalam berbagai literatur. *** Adapun kisah lain >>>Adalah Ibnu Tibban (w. 371) sebagaimana dikisahkan oleh Qadhi Iyadh dalam *Tartibul Madarak* jilid 1 halman 78, bahwa beliau pernah berkisah tentang dirinya sebagai berikut: >>>Pada masa awal-awal aku belajar, aku belajar hingga semalaman penuh. Lalu ibu melarangku agar tidak membaca malam. Aku pun menyembunyikan pelita kamarku dibawah wajan besar. Hingga ibu tertidur pulas, ku keluarkan kembali pelita itu. Aku belajar hingga pagi. >>>Qadhi Iyad melanjutkan, Ibnu Tibban termasuk orang yang paling banyak membaca, kala orang lain termasuk pemecah rekor mampu membaca kitab *Mudawwanah* khatam setiap dua bulan sekali, Ibnu Tibban malah membacanya 1000 (seribu) kali, termasuk juga beliau mengajar. *** Di mana kita dengan kisah mereka? Siapa kita di antara mereka? Semoga tergugah untuk kita yang termasuk dalam kategori pertama beralih ke kategori kedua. Paling tidak, kita sisihkan waktu untuk membaca. Bukan membaca di waktu luang, tapi luangkan waktu untuk membaca. Follow me @rta