Sang Pencetus (Jilid 1)

View this thread on: d.buzz | hive.blog | peakd.com | ecency.com
·@zulfikark-kirbi·
0.000 HBD
Sang Pencetus (Jilid 1)
![cartoon1519926125061.jpg](https://steemitimages.com/DQmSTY7fwGW4k8pgqepQR3doHFyQmXQeuvjkMosdVGKN7Nc/cartoon1519926125061.jpg)<hr>

Tidak seperti biasanya. Terlihat di halaman parkir, sepeda motor dan mobil tidak tersusun rapi, sangat tidak sedap di pandang mata, warung kopi yang sering aku kunjungi penuh, begitu semberawut. Terdengar orang berorasi menggunakan  pengeras suara, ah ini pasti sedang kampanye. Kampanye? Ini belum musim Pilkada atawa Pilpres. Ada apa ya? Aku membatin.  

Harus berdesak-desak untuk bisa masuk ke dalam warung kopi. Ada perasaan tidak suka, setelah berada di dalam ruang itu. Sangat mengganggu kenyamanan, orator itu menggebu-gebu, teriakan seraknya memenuhi ruangan, memekakan telinga. Padahal yang hadir pasti tidak ada yang terganggu atau bermasalah dengan indra pendengarannya.

Lalu apa yang diteriakannya, begitu marah dia, matanya merah, wajahnya merah, rambutnya acak-acakan, merah, hidungnya kembang kempis, merah, bibirnya merah kehitaman. Tapi tidak terdengar gemeretak dari dalam mulutnya, karena memang, bagian atasnya sudah tidak sempurna lagi, tingggal satu-satu. Tiba-tiba saja pandangan mata mengarah ke lantai, tapi tidak terlihat berserakan giginya. Barangkali memang sudah sejak lama ompong.

![cartoon1519926494350.jpg](https://steemitimages.com/DQmQ867efyzXcxhirAdpBMCPgSz8XXmotgi9SSeQVVHJGhz/cartoon1519926494350.jpg)<hr>

Hampir terpancing marah, ketika melihat kursi dan meja yang sering aku tempati, diduduki oleh para undangan acara itu. Untung saja sebagian dari mereka ada yang aku kenal. Sambil berbasa-basi, menanyakan kepeda mereka, ada apa ini? Mereka melebarkan tangan dan mengangkat bahu.

“kami tidak tahu juga, kita simak saja apa yang dia bicarakan”. Ujar salah seorang dari mereka.

“oh begitu, ya kita dengar saja apa ocehannya.” Setuju saran mereka.

Ah! Kenapa dia tidak menggunakan tissu yang sudah disediakan di atas mejanya. Pemandangan sangat tidak bisa dipandang lama-lama, akan membuat mual. Dia menggumam, mendengus, bercerarau, sehingga  mulutnya berbuih-buih seperti pengidap penyakit epilepsy, dan dia terdiam,  melihat yang hadir semua menunduk. Tiba-tiba saja wajahnya semakin merah, menahan geram, bersiap-siap menumpahkan kemarahannya.

![cartoon1519926363934.jpg](https://steemitimages.com/DQmagCi5dMJR3tGu4YTBG9TbwbFSUBW4ds9XTWMnVqEmXSK/cartoon1519926363934.jpg)<hr>

“kenapa kalian semua menunduk!!?? Kalian tidak menghargai saya berbicara di depan kalian. Padahal dengan sangat hormat, saya mengundang kalian ke sini untuk mendengar saya bicara. Kalian sama saja seperti wakil rak..…..” dia menghentikan ocehannya yang nyaris menjurus ngawur. Kalau tidak melihat asisten pribadinya, memberitahu dengan bahasa isyarat, agar menyeka mulutnya dengan tisu. Terkejut dan malu, dia membalikan badan mengarah ke belakang, lalu membersihkan mulutnya dengan beberapa lembar tissu.

“hhm maaf saudara-saudara. Tadi saya sedikit emosi. Baiklah, sekarang sudah aman kembali” berusaha menetralisir suasana.

Seperti ragu-ragu para hadirin mengarahkan pandangan ke arah yang berorasi tadi.

Merasa sudah mendapat perhatian, lelaki itu melanjutkannya lagi. Bahkan menaikan suaranya satu nada.

“saudara-saudara, tahu tidak? Organisasi yang sudah sangat besar ini, bahkan sudah begitu kaya sampai saat ini, saya pendirinya. Tapi kenapa saya tidak dilibatkan lagi dalam organisasi ini. Pengurusnya hari ini tidak pernah menghargai saya. Saya bisa bubarkan organisasi ini. Karena saya pencetusnya”. Teriakannya menggelegar, lalu terbatuk-batuk.

Tidak ada tepuk tangan memberikan semangat kepadanya, yang terdengar hanya suara ceklikan kamera dan kilauan blitz. Dan memang yang hadir para kuli tinta dan wartawan foto dan wartawan televisi. Sang pencetus hanya membawa seorang asisten pribadi. Karena sudah tidak mampu lagi membayar lebih para pendukungnya.

![cartoon1519926430070.jpg](https://steemitimages.com/DQmeQ5UnJcTeDgCedngZAYEKdRcRLVzkZceNxDLiAYeZaRu/cartoon1519926430070.jpg)<hr>

“pak pencetus, saya ingin bertanya, apakah…” salah seorang wartawan ingin mengajukan pertanyaan. Tapi langsung saja mencegatnya.

“tidak. Tidak ada pertanyaan. Saya mengundang saudara-saudara semua, bukan untuk bertanya. Tapi dengar saja, foto, rekam, tulis dan sebarkan segera.

***Bersambung***

Banda Aceh, 2 Maret 2018

Zulfikar Kirbi | @zulfikark-kirbi
👍 , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,